selasa malam jam 23.00
keadaan sunyi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas di jalanan.
Aku, Edo dan Pandi duduk di pinggir tepian sungai mahakam Tenggarong. Masyarakat Tenggarong biasa menyebut tempat ini dengan sebutan "Ancol". Tepian atau Pinggiran sungai yg biasa di sebut "Ancol" ini terletak di depan Planetarium Kota Raja, berbeda dari tepian yang ada di daerah timbau dst. karena tepian ini dihiasi dengan taman dan tempat duduk yang Indah, suasananya terasa hening udaranya pun bersih dari polusi. Angin berhembus sepoi-sepoi malam itu, aku menggunakan jaket tetapi kedua temanku itu tidak. mereka tidak merasa kedinginan, karena lampu jalan yang begitu terang cukup menghangatkan kondisi Ancol malam itu. aku memang seringkali duduk merenung di ancol, tetapi ini kali pertama ku ajak kedua sahabatku untuk bertukar pikiran tentang masalah-masalah kehidupan. Pandi memulainya dengan bercerita tentang hubungan pertemanannya yang hampir retak karena seorang wanita, kemudian Edo membuka topik berikutnya mengenai gaya hidup anak muda tenggarong yang penuh dengan gengsi dan kesombongan, aku mendengar cerita mereka sambil meminum susu kemasan. Sungguh banyak sekali hal yang kami bicarakan malam itu, sampai2 saya lupa apa saja yang telah dibicarakan. tetapi satu yang saya ingat adalah akhirnya kami mendapat kesimpulan bahwa Masalah adalah Inti dari kehidupan, ketika tidak ada masalah maka yang ada adalah kehidupan datar/monoton. Masalah membuat hidup kita menjadi dinamis dan diri kita menjadi semakin dewasa karena kita harus memilih langkah terbaik dalam menyelesaikannya.
...
susu yang ku minum telah habis, ada mitos di kukar yang mengatakan bahwa kalau kita membuang sesuatu ke mahakam dan menaruh harapan dan cita-cita maka akan terkabul di kemudian hari. aku membuang kaleng susu itu ke sungai mahakam dan berteriak " Aku Ingin Menjadi Bupati kukar!!! " teriakanku memecah keheningan malam. selanjutnya Edo membuang kulit kelengkeng dan Berteriak " Aku Ingin jadi pengusaha sukses!!!" teriakan edo mengejutkanku, karena aku tidak tahu kalau dia juga mengikuti apa yang ku lakukan. cita-cita yang kami impikan sungguh sangat tinggi dan gagah. tiba-tiba tanpa disangka Pandi mengambil batu, melemparkannya ke sungai Mahakam dan berteriak " aku ingin diberikan kesehatan dan kemudahan rezeki!!! " , aku tertegun melihatnya berteriak seperti itu, aku dan edo serentak bertanya " kenapa kau hanya mau sehat dan rezeki pan??" bukankah kita harus menarget cita-cita dan harapan setinggi-tingginya... Pandi kemudian menjawab " kita bisa menjadi apa saja ketika kita sehat jasmani dan rohani, lalu kita bisa mendapatkan apa saja apabila Tuhan memberikan kemudahan rezeki...tanpa sehat dan rezeki kita tidak akan mampu meraih cita-cita kita..." aku dan edo terdiam, kami merasa apa yang dikatakannya benar dan selama ini kami hanya bercita-cita tentang pekerjaan atau profesi, tidak pernah terlintas dalam benak kami tentang Kesehatan diri dan Kemudahan rezeki...
Seandainya aku tidak mengajak Edo dan Pandi ke Ancol malam itu mungkin aku tidak pernah sadar bahwa ada yang lebih penting daripada Cita-cita Pekerjaan semata...
aku sadar bahwa selama ini pemikiran kita telah diracuni oleh ketakutan terhadap masa depan yang suram, masa depan yang sangat kompetitif yang akan menyisihkan orang-orang tak berguna...
Masa depan yang mengharuskan kita memiliki cita-cita pekerjaan bahkan dari bangku TK / playgroup..
terima kasih kepada Pandi dan Edo, karena tanpa "bekesahan" dengan kita, aku tidak mungkin sadar akan pentingnya Kesehatan dan Kemudahan Rezeki. semoga di kemudian hari kita bisa selalu diberikan kesehatan dan kemudahan rezeki serta mampu meraih cita-cita pekerjaan yang kita inginkan.
Kamar Tenggarong, 23 september 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar