Senin, 02 Juli 2012

So Far Away

   
di tengah liburan semester saat aku duduk di bangku kelas dua SMA.
Udara begitu cerah, suhunya 21 derajat selsius. angin bertiup-tiup sangat ramah. aku termasuk orang yang dianggap Gila oleh penduduk asli Brighton ini. karena aku selalu menggunakan sweater. 21 derajat selsius itu sama dengan tidur di sebuah kamar Indonesa yang menggunakan AC kawan!!!  Masyarakat yang hidup dan berkehidupan di kota ini menyebutnya sebagai Summer Time Geezer! mereka biasa mengenakan pakaian yang terbuka dan santai karena menurut mereka cuaca sangatlah panas. Aku seorang remaja berumur 16 tahun yang terdampar jauh di kota yang bahkan tidak pernah ku tahu namanya sebelumnya. Brighton Hove, sebuah kota di pesisir Inggris yang berseberangan langsung dengan Prancis. kota tersehat di dataran Inggris raya, dengan usia harapan hidup manusia mencapai angka 78 tahun.
Aku yang telah tinggal beberapa waktu, mulai membiasakan diri dengan gaya hidup masyarakat yang bagiku aneh ini. mereka berjalan kaki untuk berkeliling kota, naik bus kota untuk berpindah, sesekali motor besar lewat itupun dapat ku simpulkan bukan karena tidak bisa membeli mobil pribadi melainkan orang itu adalah penggila motor. Motor bebek seperti banyak di negeri asalku tak ku lihat satupun. wow.

Aku tinggal di rumah Mrs. Julie Pumfrey, seorang Ibu dengan 3 orang anak. termasuk orang tidak mampu di Inggris karena tidak punya mobil pribadi. rumahnya semacam flat dengan 2 lantai, dia punya 1 kulkas, 1 mesin cuci, 3 televisi, 1 PS2. standar hidupnya baik sekali, Mrs. Julie punya jadwal ketat untuk masalah makan. apabila aku terlambat pulang ke rumah maka otomatis dia tidak akan menyiapkan makanan.

Aku bertemu dengan temanku Koko jam delapan pagi di churchill square, dia juga merupakan peserta program belajar budaya masyarakat Inggris dengan program Homestay dari EF. Koko seumur dengan aku, bedanya aku dari kaltim dan dia dari jateng. Churchill square merupakan pusat kota Brighton hove, tidak ada satupun rumah penduduk di sekitar wilayah Churchill Square. wilayah ini khusus menjadi tempat niaga, tempat wisata dan sentral dari lalu lalangnya bis kota. begitu rapi, indah dan jarang sekali ada sampah berserakan. Starbucks coffee menjadi tempat berkumpulnya anak muda kota Brighton. aku yang tidak begitu menyukai fast food seringkali hanya lewat dan melihat-lihat saja. sesekali aku dan teman-temanku termasuk Koko makan di Chinese Food. kami senang bila makan di Chinese Food, karena tukang masaknya adalah orang malaysia. sehingga aku sangat mudah berkomunikasi dan meminta makanan yang sesuai prinsip.

Masyarakat Kota Brighton sangatlah disiplin terlebih individualis. mereka tidak akan peduli terhadap hal-hal yang bukan jadi urusan mereka. Siang itu merupakan hari terakhir kami berada di kota Brighton, aku yang senang berjalan-jalan memutuskan untuk mengikuti Koko yang katanya ingin membeli dasi. sembari melihat-lihat dasi aku bertanya kepada Koko " kamu beli dasi untuk siapa ko ? ", tukasku. Koko tetap asyik melihat-lihat motif dasi sambil dengan serius menjawab " aku mau beli dasi untuk Bapakku, Bapakku itu sosok yang sangat ku hormati ". Aku terheran-heran, jauh maju sekali cara berpikirnya. aku dengan santai pun ikut melihat-lihat dasi yang bermotif unik ala orang Inggris itu. aku pun membeli satu dasi untuk ayahku berwarna kuning, bercorak kotak-kotak.

Merah ! Panas ! mengalir secara mengejutkan ! pikiranku menjadi kacau !
Aku berlari meninggalkan Koko, dengan cepat aku menyusuri pinggiran jalan depan pertokoan churchill square. Tujuanku satu! sebuah Shopping center yang terletak pas di tengah Churchill Square. Aku berlari sambil memegang hidungku, darahnya merembet melewati sela-sela jari tanganku. beberapa manusia dari berbagai ras hampir saja ku tabrak. kepedulian mereka terhadapku tidak ada! mereka hanya melihatku yang sedang berlari tanpa ada pertolongan. sesekali ku lihat wajah mereka menaruh simpati, tetapi mereka terus berjalan dan tidak menolongku. aku berlari sangat cepat, ku naiki tangga di Shopping center menuju ke lantai teratas karena hanya disitu aku ingat ada kamar kecil yang akan sangat membantuku. Akhirnya! aku masuk dan membasuh tanganku, begitu juga hidungku. Aku MIMISAN kawan! maklumlah, fisikku termasuk agak susah menerima perubahan drastis cuaca. hal inilah yang mengakibatkan hidungku mengeluarkan darah. setelah aku selesai membersihkan darah-darah di tanganku , perlahan Mimisan mulai berhenti. aku pun keluar dari kamar kecil itu, tak ku sangka di depan kamar kecil itu Koko duduk dan menunggu. dia membawakan aku tissue sebagai bentuk kepeduliannya, aku sangat berterima kasih. Momen yang susah untuk terlupakan. dimana aku harus menerima kenyataan, dan ternyata teman yang baru aku kenal di Inggris raya ini sangatlah baik dan paham dengan apa yang sedang dihadapi oleh orang lain.

Kini aku telah di ujung waktu kuliah. mata kuliahku telah habis, tinggal skripsi yang harus ku selesaikan.
cerita itu berkisar 5 tahun yang lalu, aku mengingatnya lagi tadi malam saat duduk bercengkrama di rumah kawanku Qadri. saat asyik bercerita. aku memegang hidungku karena terasa ada cairan, dan setelah aku melihat tanganku ternyata darah! aku bergegas ke kamar mandi, Qadri pun mengambilkan tissue.

di dalam kamar kecil itu, ingatanku berputar-putar. kisah yang pernah terjadi suatu hari di kota brighton pun keluar dari penyimpanan ingatan. aku menulisnya agar ingat. aku memang beruntung, kenangan di kepalaku bagaikan potongan-potongan film penuh suasana. Tuhan telah menganugerahkan kepadaku Ingatan yang baik.

Momen itu teringat menyeruak di dalam kepala, menyentuh setiap sendi pikiran, aku teringat kawan baikku Koko yang sudah tidak ku tahu dimana rimbanya. sesekali ku dengar kabar dia kini kuliah diluar negeri oleh beberapa kawan yang juga telah lost contact. tapi aku tetap tidak mengetahui dimana dia berada...

kebaikan itu akan ku lanjutkan kawan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar