Tok.. tok.. tok.. " woi bangun woi!!! ", terdengar suara Yogi mengetuk kamarku dengan suara yang nyaring. aku baru saja terbangun karena ketukan itu. pagi itu rencananya kami ingin rekreasi ke pantai manggar. Ide itu berasal dari Yogi, kawanku yang senang rekreasi dan melewati kebersamaan. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk mandi. Saat sudah siap aku turun ke bawah, ternyata belasan orang telah siap untuk berangkat ke pantai. Pantai Manggar Balikpapan lah tujuan kami saat itu, temanku sempat usul untuk pergi ke Mall. Untuk apa kita ke Mall gerutuku, karena Mall juga banyak di Samarinda. Kami pun berangkat dengan dua mobil, aku membawa mobil SX4 dan Yogi membawa mobil Xenia yang kami carter dengan uang patungan. Ini kedua kalinya Yogi membawa mobil keluar kota, dia baru saja belajar mobil beberapa bulan ini. Tetapi soal kecepatan jangan diragukan, Yogi selalu didepan dengan kecepatan luar biasa. Sekalipun lambat, kata seorang temanku di mobil " Slow But Sure " benar-benar menikmati perjalanan. Bahkan ia sempat meng-updatenya sebagai tulisan di twitter. Iringan musik Elegi Esok Pagi menjadi nyanyian perjalanan kami siang itu, sekalipun harus berdesakan di dalam mobil, suka cita bersama kami dalam perjalanan di rabu siang itu.
***
Sesampainya di Balikpapan kami langsung menuju rumah Ari, dan disambut oleh keluarganya baik sekali, ternyata oran tua Ari telah siap dengan makan siang yang sangat lezat sekali. Saat keluar dari gang rumah Ari, aku baru menyadari ternyata rumah Ari dekat sekali dengan rumah Almarhum Kakekku karena sama-sama di Gunung Sari. Setelah itu mobil kami mengarah untuk pergi ke pantai merealisasikan agenda yang sesungguhnya! berenang dan naik banana boat. Dari jam tiga sore sampai jam enam, kami bermain di air laut yang asin itu. Kawanku yang belum bisa berenang belajar untuk bisa berenang. Aku sesekali juga ikut untuk mengajari berenang, saat mengajari kawanku berenang aku teringat saat aku diajarkan oleh Ayahku untuk berenang di sungai keledang tepatnya di belakang rumah nenek Onoy. Aku di lempar oleh Ayah ke sungai Mahakam berdua kakakku.Kami pun hampir tenggelam, Ayahku mengatakan " tidak ada yang akan membela dirimu sendiri kecuali kamu sendiri di alam ini, alam akan membelamu ketika kamu membela dirimu terlebih dahulu! ". Dengan Spontan aku dan kakakku bisa berenang karena kami tidak ditolong oleh Ayah. Ternyata dibalik lemparan ke sungai itu Ayah sedang ajarkan kami untuk mandiri dan tidak pasrah dengan keadaan.
***
Saat sebelum pulang kami diajak oleh Ari makan Salome di lapangan merdeka Balikpapan. Setelah itu kami bergegas untuk pulang ke Samarinda. Dalam perjalanan pulang itu, tape mobil kami matikan. sengaja, agar kami bisa bercerita, berteka-teki dan curhat. Kawanku Heri menceritakan bagaimana ia bertahan dalam kondisi yang sulit saat ditinggal oleh mendiang Ibunya, juga Ayahnya yang menyusul kemudian untuk pergi. Juga Aya yang menceritakan bagaimana perasaan ketika Ibunya telah lebih dulu meninggalkannya. Uwie pun memiliki cerita yang tak kalah menyedihkan saat ia harus ditinggal pergi oleh Ayahnya. Aku yang masih memiliki Ayah dan Ibu pun dapat merasakan bagaimana perasaan mereka. Sangat berat kejadian-kejadian itu mempengaruhi hidup, tapi aku bangga dengan mereka yang mampu bertahan dan tetap bisa bertahan. Itulah Takdir Tuhan yang kemudian tak bisa ditawar lagi.
***
Ku lihat ke bagian belakang mobil, Nurul meneteskan air matanya. Dia memegang tissu, aku pun dipersilahkan oleh mereka untuk berbagi cerita. Aku bercerita tentang bagaimana Ayahku yang tak bersalah harus masuk dalam ruangan hina yang bernama penjara, ketika itu air mataku menetes. Saat Ayah mendapat vonis bebas di pengadilan pun air mataku kembali menetes. Icha duduk di belakang dengan diam karena maag-nya kambuh, tak lupa pula dalam keadaan sakit itu Icha bercerita tentang bagaimana Ibu dari kekasihnya meninggal dunia kemudian disusul dengan saudara orang tuanya. Aku bisa menahan perasaan untuk tidak meneteskan air mata saat mendengar cerita mereka. Bukan karena tidak berperasaan, tapi sebagai lelaki aku harus menunjukkan bahwa aku mampu untuk tegar. Aku menyadari skenario Tuhan lah yang membawa kita kepada keadaan-keadaan yang tak pernah kita kira. Dan kita sebagai manusia mestilah tegar.
*
Aku tak menyangka perjalanan yang merupakan inisiatif Yogi untuk bersenang-senang, menimbulkan hikmah yang mendalam bagiku secara psikologis. Aku banyak mendengar cerita, juga bercerita kepada mereka tentang pengalaman dalam hidupku yang baru sedikit dan belum berliku. Mereka yang ikut dalam perjalanan ini adalah teman-teman kelasku di program studi Administrasi Negara. Kami tidak terlalu akrab di kampus, bahkan aku tidak tahu apa masalah-masalah yang menimpa mereka. Perjalanan ini telah beri kami kesempatan untuk saling mengetahui satu sama lain. Nurul mengatakan kepada kami " lebih baik berteman itu tidak begitu akrab, tetapi selalu ada ketika dibutuhkan dan jangan seolah-seolah akrab tapi ternyata saling meninggalkan ketika dibutuhkan ". Aku pun mengangguk dalam diam, ternyata pertemanan adalah hal yang harus terus dipelihara. Perjalanan itu mungkin tidak akan terulang lagi, karena kami telah berada di penghujung muda. Sebagian kawan kami telah menjadi sarjana, sebagian lain sedang dalam proses tugas akhir kuliah. Perjalanan itu akan jadi kenangan, suatu saat nanti kita akan mengingatnya sebagai rangkaian episode masa lampau.
Aku senang berkawan dengan kalian kawan, doaku adalah kita semua harus sukses di masa depan.
Cerita ini ku tulis dengan judul rabu itu untuk kita, karena pada hari itu kita bersama seharian meluangkan waktu penuh kebersamaan.
Mengenang Hari Rabu 25 Januari 2012,
ditulis pada 27 Januari 2012
pukul 01.50 Wita di kamar Pramuka 19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar