Kamis, 26 Januari 2012

Rabu itu untuk kita

Tok.. tok.. tok.. " woi bangun woi!!! ", terdengar suara Yogi mengetuk kamarku dengan suara yang nyaring. aku baru saja terbangun karena ketukan itu. pagi itu rencananya kami ingin rekreasi ke pantai manggar. Ide itu berasal dari Yogi, kawanku yang senang rekreasi dan melewati kebersamaan. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk mandi. Saat sudah siap aku turun ke bawah, ternyata belasan orang telah siap untuk berangkat ke pantai. Pantai Manggar Balikpapan lah tujuan kami saat itu, temanku sempat usul untuk pergi ke Mall. Untuk apa kita ke Mall gerutuku, karena Mall juga banyak di Samarinda. Kami pun berangkat dengan dua mobil, aku membawa mobil SX4 dan Yogi membawa mobil Xenia yang kami carter dengan uang patungan. Ini kedua kalinya Yogi membawa mobil keluar kota, dia baru saja belajar mobil beberapa bulan ini. Tetapi soal kecepatan jangan diragukan, Yogi selalu didepan dengan kecepatan luar biasa. Sekalipun lambat, kata seorang temanku di mobil " Slow But Sure " benar-benar menikmati perjalanan. Bahkan ia sempat meng-updatenya sebagai tulisan di twitter. Iringan musik Elegi Esok Pagi menjadi nyanyian perjalanan kami siang itu, sekalipun harus berdesakan di dalam mobil, suka cita bersama kami dalam perjalanan di rabu siang itu. 

*** 

Sesampainya di Balikpapan kami langsung menuju rumah Ari, dan disambut oleh keluarganya baik sekali, ternyata oran tua Ari telah siap dengan makan siang yang sangat lezat sekali. Saat keluar dari gang rumah Ari, aku baru menyadari ternyata rumah Ari dekat sekali dengan rumah Almarhum Kakekku karena sama-sama di Gunung Sari. Setelah itu mobil kami mengarah untuk pergi ke pantai merealisasikan agenda yang sesungguhnya! berenang dan naik banana boat. Dari jam tiga sore sampai jam enam, kami bermain di air laut yang asin itu. Kawanku yang belum bisa berenang belajar untuk bisa berenang. Aku sesekali juga ikut untuk mengajari berenang, saat mengajari kawanku berenang aku teringat saat aku diajarkan oleh Ayahku untuk berenang di sungai keledang tepatnya di belakang rumah nenek Onoy. Aku di lempar oleh Ayah ke sungai Mahakam berdua kakakku.Kami pun hampir tenggelam, Ayahku mengatakan " tidak ada yang akan membela dirimu sendiri kecuali kamu sendiri di alam ini, alam akan membelamu ketika kamu membela dirimu terlebih dahulu! ". Dengan Spontan aku dan kakakku bisa berenang karena kami tidak ditolong oleh Ayah. Ternyata dibalik lemparan ke sungai itu Ayah sedang ajarkan kami untuk mandiri dan tidak pasrah dengan keadaan.

***

Saat sebelum pulang kami diajak oleh Ari makan Salome di lapangan merdeka Balikpapan. Setelah itu kami bergegas untuk pulang ke Samarinda. Dalam perjalanan pulang itu, tape mobil kami matikan. sengaja, agar kami bisa bercerita, berteka-teki dan curhat. Kawanku Heri menceritakan bagaimana ia bertahan dalam kondisi yang sulit saat ditinggal oleh mendiang Ibunya, juga Ayahnya yang menyusul kemudian untuk pergi. Juga Aya yang menceritakan bagaimana perasaan ketika Ibunya telah lebih dulu meninggalkannya. Uwie pun memiliki cerita yang tak kalah menyedihkan saat ia harus ditinggal pergi oleh Ayahnya. Aku yang masih memiliki Ayah dan Ibu pun dapat merasakan bagaimana perasaan mereka. Sangat berat kejadian-kejadian itu mempengaruhi hidup, tapi aku bangga dengan mereka yang mampu bertahan dan tetap bisa bertahan. Itulah Takdir Tuhan yang kemudian tak bisa ditawar lagi.

***

Ku lihat ke bagian belakang mobil, Nurul meneteskan air matanya. Dia memegang tissu, aku pun dipersilahkan oleh mereka untuk berbagi cerita. Aku bercerita tentang bagaimana Ayahku yang tak bersalah harus masuk dalam ruangan hina yang bernama penjara, ketika itu air mataku menetes. Saat Ayah mendapat vonis bebas di pengadilan pun air mataku kembali menetes. Icha duduk di belakang dengan diam karena maag-nya kambuh, tak lupa pula dalam keadaan sakit itu Icha bercerita tentang bagaimana Ibu dari kekasihnya meninggal dunia kemudian disusul dengan saudara orang tuanya. Aku bisa menahan perasaan untuk tidak meneteskan air mata saat mendengar cerita mereka. Bukan karena tidak berperasaan, tapi sebagai lelaki aku harus menunjukkan bahwa aku mampu untuk tegar. Aku menyadari skenario Tuhan lah yang membawa kita kepada keadaan-keadaan yang tak pernah kita kira. Dan kita sebagai manusia mestilah tegar.


Aku tak menyangka perjalanan yang merupakan inisiatif Yogi untuk bersenang-senang, menimbulkan hikmah yang mendalam bagiku secara psikologis. Aku banyak mendengar cerita, juga bercerita kepada mereka tentang pengalaman dalam hidupku yang baru sedikit dan belum berliku. Mereka yang ikut dalam perjalanan ini adalah teman-teman kelasku di program studi Administrasi Negara. Kami tidak terlalu akrab di kampus, bahkan aku tidak tahu apa masalah-masalah yang menimpa mereka. Perjalanan ini telah beri kami kesempatan untuk saling mengetahui satu sama lain. Nurul mengatakan kepada kami " lebih baik berteman itu tidak begitu akrab, tetapi selalu ada ketika dibutuhkan dan jangan seolah-seolah akrab tapi ternyata saling meninggalkan ketika dibutuhkan ". Aku pun mengangguk dalam diam, ternyata pertemanan adalah hal yang harus terus dipelihara. Perjalanan itu mungkin tidak akan terulang lagi, karena kami telah berada di penghujung muda. Sebagian kawan kami telah menjadi sarjana, sebagian lain sedang dalam proses tugas akhir kuliah. Perjalanan itu akan jadi kenangan, suatu saat nanti kita akan mengingatnya sebagai rangkaian episode masa lampau.
Aku senang berkawan dengan kalian kawan, doaku adalah kita semua harus sukses di masa depan.

Cerita ini ku tulis dengan judul rabu itu untuk kita, karena pada hari itu kita bersama seharian meluangkan waktu penuh kebersamaan.


Mengenang Hari Rabu 25 Januari 2012,





ditulis pada 27 Januari 2012
pukul 01.50 Wita di kamar Pramuka 19.

Selasa, 24 Januari 2012

Asal usul nama Pena Kribo

Ide untuk membuat sebuah blog yang mampu menampung inspirasi saya sudah ada sejak lama. Beberapa kali saya berhasil membuat blog, tetapi selalu macet dalam penulisan dan tidak produktif dalam karya. Tepat pada tanggal 24 Januari 2012 saya memiliki ide untuk membuat sebuah blog yang mampu mengalirkan ide dan inspirasi saya yang seringkali spontan timbul. Nama dari blog ini tidak punya makna khusus, dengan sekejap saya langsung memberinya nama Pena Kribo. Yang terlintas dalam pikiran saya ketika itu ada dua hal, yang pertama adalah benak saya masih kuat mengingat orang bijak dahulu sering mengatakan " tiada kata tanpa sebuah pena ". Kata-kata itu berkorelasi dengan proses awal saya mengunyah pendidikan. Saat saya masuk Sekolah Dasar pada umur 4 tahun, ketika itu saya telah mampu membaca dan menulis. Hobby saya dari kecil adalah membaca dari Majalah Bobo, Donald Bebek, Anak Shaleh, Majalah HAI, Rolling Stones dan terakhir Tempo. Membaca tulisan para penulis senior di majalah-majalah tersebut membuat saya sakit hati, bukan karena tulisan mereka menyindir saya. Tapi saya sakit hati karena saya terus menerus membaca dan mereka terus menulis dan berkarya. Masa' saya hanya membaca terus ? Pena adalah jawaban dari semua rasa sakit hati itu. Karena dengan pena saya bisa menulis secara dinamis, memindahkan inspirasi dan imajinasi ke sebuah media. Pena dalam wujud fisik mungkin sudah jarang dipakai di era informasi ini. Tapi simbol Pena tetap dipakai di komputer, notebook bahkan tablet sebagai penanda aplikasi jika anda ingin menulis. Pena adalah antara atau penghubung, bermakna sesuatu yang dipakai menulis atau memindahkan ide ke sebuah media, dan yang terpenting bahwa makna itu sudah cukup mewakili hasrat, cita dan harapan saya untuk menghasilkan sebuah karya dengan cara menulis.

Semenjak reformasi yang bergulir pada tahun 1998, dimana kebebasan berpikir, berekspresi dan berpendapat mendapat ruang besar di tengah masyarakat kita. Sejalan denganitu dalam menyampaikan pendapat kita mesti memiliki ciri khas. Karena di era demokrasi ini sesuatu yang seragam itu menjadi tidak indah, demokrasi itu ibarat pelangi yang menjadi indah karena perbedaannya. Kita kemudian harus kembali menggali siapa diri kita, apa ciri khas kita dan kemana tujuan kita. Diri saya pun harus bertanya apa ciri khas saya, dengan agak berat saya harus mengakui bahwa rambut saya memang tidak lurus dan seringkali berdiri ke atas dengan kata lain kribo. Seketika memori masa kecil saya menyeruak jauh pada masa menjelang reformasi, sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Trend dunia pada saat itu adalah Boyband Westlife, ikon sepakbola saat itu David Beckham. Teman-teman saya yang berambut lurus dengan mudah dapat mengikuti sisiran rambut belah tengah ala David Beckham dan juga Brian Westlife. Saya pun terpengaruh oleh trend mayoritas itu, dan mencoba untuk menyisir rambut saya belah tengah pula. Alamak, teman-teman saya seringkali mengatakan bahwa rambut saya ini jangankan untuk menyamai, untuk meniru saja tidak akan mirip dengan rambut David Beckham. Hal itu tentu merupakan pertanda buruk bagi saya dan orang-orang lain berambut kribo yang hidup pada zaman itu. Begitu tersisihnya orang yang memiliki rambut kribo waktu itu sehingga berambut kribo itu pun mengalami diskredit dengan kalimat lain bahwa apabila anda terlahir dengan rambut kribo maka anda termasuk dalam golongan orang-orang jelek, hal itu telah terbukti membuat depresi sebagian orang kribo. Ketika virus rebonding masuk pada awal millenium atau tahun 2000 ke atas. Banyak sekali orang-orang kribo yang berusaha mengubah identitas dan meninggalkan masa lalunya. Mereka tampak percaya diri dengan rambut lurus hasil bonding-annya dan bergabung di komunitas besar manusia berambut lurus. Saya tetap konsisten dan tidak pernah sekalipun rebonding sampai detik ini. Karena saya tahu Kribo adalah pemberian Tuhan yang tak semua orang mendapatkannya. Pada masa saya di SMA para manusia kribo Indonesia mulai tertolong dengan hadirnya Giring Nidji sebagai penyanyi yang mudah diingat dengan rambut kribonya dan disusul terus setelah itu dengan kemunculan anak band-anak band lain yang timbul dengan rambut serupa seperti Erik Samsons dan lain sebagainya. Seketika para manusia kribo di Indonesia mulai bangga dan percaya diri dengan rambutnya, mereka mulai menumbuhkan dan mengembangkan rambutnya. Ciri khas yang berbeda itu dengan sekejap mata menjadi trend dan digandrungi banyak orang. Pada masa tengah kuliah saya, rambut saya panjang sebahu, membuat saya populer dengan panggilan Azwar Kribo. Dimanapun saya berada tampak sekali orang dengan mudah mengenali dan mengingat karakter saya karena rambut. Bahkan pada suatu ketika di Mall Lembuswana ada ibu hamil yang sedang ngidam meminta izin memegang-megang rambut saya dan bertanya apakah ini rambut asli atau wig ?. Ibu itu ingin sekali anak yang sedang dikandungnya memiliki rambut Kribo seperti rambut saya padahal rambut Ibu itu dan suaminya yang ada tepat di sebelahnya adalah lurus. Harus saya katakan Wow!, karena saya terkejut dan mulai menyadari bahwa rambut Kribo itu ternyata hadiah dari Tuhan dan bukan didapat karena sial ataupun kemalangan. Rambut Kribo adalah keunikan sepanjang masa yang tetap memiliki daya tarik kapanpun zamannya. Abah saya sering bilang kalau manusia itu dinilai dari rambutnya, apabila rambutnya rapih maka itu pertanda pemikirannya linier dan sistematis. Jika rambutnya Kribo dan urakan, maka gaya berpikirnya adalah rumit berputar-putar dan kusut penuh tanda tanya. Barangkali itu benar, karena tulisan asal usul blog ini saja serumit ini  >_<

Pena Kribo adalah sebuah identitas, tentang seorang manusia berambut kribo yang ingin terus menerus menulis dan bermanfaat bagi masyarakat dunia. Pertanyaan mayoritas yang muncul saat anda masuk ke dalam blog ini adalah "adakah Pena Kribo dalam wujud nyata ? ", oh maaf saya juga belum pernah menemukannya. Nama ini sekedar abstraksi saja. Kalaupun ada yang berminat mewujudkan Pena Kribo dalam bentuk barang komersil, saran saya hasil penjualannya bisa diberikan kepada anak-anak berambut kribo yang tidak mampu tetapi memiliki niat untuk MAJU...

" Tiada kata tanpa sebuah pena, Banyak kata dari seorang Kribo ".

Blog baru semangat baru

ini blog baru saya, sudah hampir 3 kali saya membuat blog tetapi kemudian cenderung tidak bersemangat menulis di dalamnya.
mudah-mudahan dengan hadirnya blog ini, bisa menimbulkan kembali semangat saya untuk menulis dan berbagi kepada kawan-kawan sekalian.


Salam Kribo!