Senin, 08 Oktober 2012

Kankat new single!

Masa SMA adalah masa paling indah dalam hidup seseorang, masa dimana mengenal harga diri, cinta dan cita. Itulah mengapa kemudian Kankat menulis lagu ini.

Rabu, 03 Oktober 2012

Seribu Tahun


I have died everyday
waiting for you
Darlin' don't be afraid
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
(Christina Perri – Thousand Years)

Awan adalah saksi dari bergantinya rotasi hari, bentuknya abstrak dan tak memiliki kemiripan dengan apapun. Ayah tak memperbolehkanku berandai-andai dengan bentuk awan. Ayah tak ingin aku menjadi pengkhayal. Aku tentu menurut, karena bagiku petuah orang tua adalah suatu keharusan yang mesti diikuti karena didasari niat baik. Tetapi sesekali kadang tindakanku berontak, aku mencuri-curi untuk duduk atau berbaring di atap rumah untuk memerhatikan bentuk awan.
Kadang aku heran, aku sering membuang waktu untuk melihat awan dalam kurun yang panjang. Sambil ku hisap beberapa batang pilinan tembakau amerika. Imajinasiku mengelilingi dunia, sampai tak sadar ini sudah jam berapa.
*
“ kamu darimana aja, gak angkat telponku dari tadi ? “, Suara dari ujung telepon pintar itu menggetarkan aku. Aku menjawab sekenanya. Karena kebiasaan unik itu tak mungkin mudah diterima penjelasannya. Apalagi untuk orang yang selalu curiga dengan setiap gerikku.


Rani memang paling pintar untuk mencari-cari kesalahanku, aku sudah 6 tahun berteman dekat dengannya. Dia lah yang selalu membuat keributan denganku setiap hari melalui telepon pintar. Baginya cinta adalah keributan, cemburu dan keras kepala. Aku bingung dengan perlakuannya, karena aku bukan siapa-siapa baginya.

Aku sering menjawab dengan sikap asliku, cuek dan individualis. Aku pernah tinggal di eropa di waktu remaja. Sehingga gaya hidupku sehari-hari banyak terpengaruh mazhab liberalis. Aku kadang tidak menghiraukannya seharian. Tapi tak menghubunginya pun masalah, karena aku kadang merasa kasihan dengan sikapnya yang kekanakan.


Rani sebenarnya gadis baik, dia tak pernah mengenal cinta seutuhnya. Ia hanya melihat bagaimana kawan akrabnya menuturkan masalah-masalah dalam hubungan percintaan. Sehingga ia mengira ribut, cemburu dan keras kepala itulah cinta.


Malam itu dia meminta kejelasan padaku, aku tak mengatakan apa-apa selain mari kita menatap masa datang dengan bebas merdeka. Aku tak suka dalam kondisi dimana aku didesak untuk sebuah kepastian yang bukan hakku untuk menentukanny
a. Aku lebih suka menjalani tanpa pengharapan yang pasti.

*

Malam itu aku berjalan kaki di Salemba, aku tak menemukan apapun yang aku cari. Dia menelponku, mengirimkan pesan dan memaksaku untuk memberikan kepastian. Jika memang cinta itu bahkan seribu tahun lagi, untuk apa kau minta kepastian hari ini. Aku tak mau membuatmu tergantung, karena aku tak suka digantung. Aku tak suka dengan suasana begini, inilah yang menyebabkan aku terus nomaden dalam cinta. Hanya satu insan hawa yang pernah membuatku penasaran, dan itu bukanlah Rani. Kawanku berpendapat “ Realistis saja lah San!, jangan suka berharap pada yang belum memberikan jawaban “, katanya. Aku hidup bukan untuk sebuah jawaban pasti, Ilmu pasti hanya mengajarkan kepastian yang terukur. Namun dalam aplikasinya relativitas akan mengintervensi sampai ke lubuk substansi. Jika pun aku mati setiap hari karena menunggu, aku tak ragu karena cinta bagiku bertahan seribu tahun dan lebih. Aku tak akan pernah mau terkekang dengan seseorang yang hanya mempertanyakan kepastian yang sudah padam di hatiku.


Aku tak bertanggung jawab atas diri Rani, karena aku tak pernah merugikannya barang sedikit pun. Dalam logika satu dikurang satu adalah nol. Nol adalah bilangan tak terbatas. Hari ini hubungan kami sudah nol dan itu berarti tak terbatas. Aku berhak untuk mengejar lagi impianku, membuktikan pada Ayah bahwa aku bukan seorang pengkhayal. Rani pun bebas untuk menentukan kemana dia akan pergi.
Mulai esok aku akan bangun dengan sikap tak terbatas, namaku Ahsan.




AKU
Kalau sampai waktuku'
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
BerlariHingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar
Maret 1943